watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

cewek chinese

Kenalkan dulu, namaku Yudi, umurku 29 tahun.
Aku dari lahir sampai sekarang tinggal di
Bandung. Dulu aku kuliah di universitas swasta
terkenal di Bandung Utara. Sekarang aku kerja di
salah satu pabrik garment di daerah Bandung
Barat. Posisiku sebagai Manager Produksi, jadi ya
mengurusi produksi melulu. Sebagai level
manager, aku bersyukur aku diberi fasilitas yang
kupikir lebih dari cukup (soalnya dari dulu aku
biasa diajarkan hidup sederhana, walaupun
bapakku tidak begitu miskin). Bos memberiku
mobil Lancer Evo IV, rumah beserta isinya, HP
dan sebagainya. Makanya aku betah-betahin
kerja di pabrik itu. Aku kerja di pabrik itu kira-kira
hampir 2 tahun sampai sekarang. Produksi
garment ini lumayan terkenal di Indonesia,
kebetulan juga produknya di ekspor ke
mancanegara. Sebagai seorang laki-laki, kadang-
kadang aku berpikir bahwa suatu saat nanti aku
perlu pendamping. Tapi kadang-kadang juga aku
malas berhubungan dengan cewek. Soalnya
sudah 2 kali aku putus dengan cewekku. Dua-
duanya Chinese. Alasannya klasik, nggak ada
perhatian lagi. Ya sudah aku terima saja,
mungkin ini takdirku mesti begini.
Suatu ketika salah satu mesin pabrik rusak.
Padahal jika mesin mati satu, target produksi
pasti bakal tidak terpenuhi. Biasanya sih ada di
bagian divisi pembelian CQ bagian gudang,
cuma tidak tahu kenapa stock spare part mesin
itu tidak ada di gudang spare part. Aneh kupikir.
Akhirnya aku minta staf divisi pembelian untuk
order spare mesin ke supplier langganan
pabrikku. Pokoknya kubilang, besok siang spare
part itu harus sudah ada.
Walaupun pihak supplier belum bisa
mengatakan sanggup, soalnya barang itu mesti
pesan dulu ke Jepang. Biasanya paling cepat satu
minggu. Karena aku tidak sabar, akhirnya
kutelepon ke suppliernya. Padahal ini bukan
wewenangku secara langsung, tapi kupikir ini
inisiatifku sendiri. Di telepon aku minta, itu
barang harus bisa datang paling lambat 2 hari
(nggak masuk akal kupikir!). Waktu itu yang
menerima cewek (wah suaranya oke punya!),
tapi waktu itu aku tidak peduli mau cewek, mau
cowok pokoknya yang ada dalam pikiranku
barang itu harus ada secepatnya. Maklum ini
untuk order ekspor. Besoknya kutelepon lagi,
yang mengangkat cewek (yang kemarin kali ya?)
. Terus kubilang kapan kepastiannya, dia bilang
lusa barang dijamin ada. Oke kupikir.
Lusanya memang barangnya sudah sampai di
pabrikku. Waktu itu barang diantarnya pagi
sekitar jam 10.30. Mesin yang rusak disetting
ulang oleh bagian Maintenance/Montir. Jam 12.30
aku istirahat dulu sambil makan siang bersama
dengan manager lainnya. Setelah makan siang,
aku iseng-iseng telepon ke tempat supplier, siapa
tahu yang mengangkat cewek itu. Biasa,
namanya juga laki-laki. Ternyata cita-citaku
tercapai, yang mengangkat ternyata dia.
Singkatnya akhirnya aku tahu nama cewek itu.
Namanya Vera. Feelingku mengatakan, pasti
Vera orangnya cantik. Akhirnya lama-lama aku
jadi sering menelepon Vera. Biasanya sih saat
waktu istirahat. Bla.. bla... bla.... ternyata Vera
satu almamater denganku cuma beda fakultas,
dan wisudanya juga bersamaan denganku. Tapi
kan dulu, aku tidak tahu. Oh iya, ternyata juga
dia memberi tahu kepadaku bahwa dia itu
Chinese, dan aku juga kasih tahu dengan dia
bahwa aku orang pribumi.
Hampir sebulan aku hanya saling menelepon
dengan dia, seringnya sih di kantor. Selama ada
fasilitas kantor kumanfaatkan saja. Akhirnya aku
punya inisiatif buat mengajak dia ketemu
denganku. Daripada ngobrol ngalor ngidul tidak
karuan. Tadinya sih dia tidak mau, takut
mengecewakan kali ya? Ah, kalau aku sih PD saja
lagi. Aku juga nggak jelek-jelek amat sih. Setelah
aku melobi dia, kutetapkan hari dan tanggalnya,
kalau tidak salah tanggal 18 September 1999. Di
hari H-nya kujemput dia jam 5 sore, soalnya dia
pulang kerja jam 5 sore. Waktu itu aku ijin
pulang jam 4 sore ke Factory Managerku,
alasannya keperluan keluarga. Sebelumnya
kutelepon dulu ke kantor Vera, kujemput dia
pakai mobil Lancer Evo IV D 234 XX silver
smoke. Biar dia tidak kebingungan mencariku.
Aku juga diberi tahu juga alamat kantornya.
Akhirnya aku masuk ke pelataran parkir kantor
Vera di daerah Kopo. Kulihat satu persatu
karyawan yang bubaran, maklum kompleks
Ruko. Kuparkir mobilku tepat di mulut pintu PT
X, tapi jaraknya dari pintu sekitar 15 meter.
Akhirnya aku melihat tinggal cewek sendirian
lumayan cantik melihat mobil yang warnanya
silver smoke. Kupikir itu pasti Vera. Aku juga
bingung mau ngapain, turun atau diam di mobil
saja. Norak sekali aku nih! Bodohnya keluar.
Habis aku belum pernah kenalan dengan cara
begini. Ah... lebih baik aku samperin saja.
Astaga, cantik sekali si Vera. Asli cantik sekali! aku
nggak bohong. Kulitnya putih (khas Chinese),
tingginya kira-kira 165 cm, cukup tinggi untuk
ukuran cewek, rambutnya pendek di atas bahu,
warna rambutnya hitam kecoklat-coklatan,
matanya juga coklat, wah... seksi sekali, dia
memaakai stelan blazer merah, dan bawahannya
dia pakai celana panjang, dengan juga warnanya
(satu stel deh pokoknya). Kontras dengan warna
kulitnya yang putih. Umurnya beda setahun di
bawahku. Ukuran yang lainnya seperti BH
ukurannya 38B. Lumayan besar. Terus bagian
pantatnya lumayan sekal dan besar kenyal.
"Hai..." kataku.
"Yudi ya?" katanya sambil salaman denganku.
"Iya..." kataku lagi.
"Ke mobil aja yuk... " kataku lagi.
Akhirnya kami berdua masuk ke mobil. Kutanya
dia sekarang mau ke mana? waktu itu sekitar
jam 17.15-an. Ternyata kalau sudah ketemu pada
diam-diaman, padahal kalau kami ngobrol via
telepon seperti yang sudah kenal belasan tahun.
Selama perjalanan aku nggak mengerti mau
ngapain, wangi parfumnya membuat aku
mabok. Yang akhirnya kutahu dia pakai parfum
produk Lancome. Sepertinya ini anak high class
kalau tidak mau dibilang jet set. Dari awalnya
kenalan aku tidak pernah untuk ngeseks dengan
Vera. Ah.. sayang sekali kalau belum-belum aku
sudah nakal, bisa-bisa dia mabur duluan.
Akhirnya kuarahkan mobilku ke arah Jl. Setiabudi
terus belok kiri, sampailah aku di cafe "The Peak".
Cafe mewah kawasan elite Bandung Utara.
Lumayan mahal untuk ukuranku. Tapi aku
belagu saja, seperti yang sudah sering ke situ.
Pokoknya aku ngobrol dengan dia sambil
berhadap-hadapan, sesekali aku melihat
pemandangan kota Bandung yang sudah mulai
dihiasi lampu-lampu. Asyik sekali, ini mungkin
yang bikin cafe ini mahal. Kata teman-temanku
cafe ini mahal karena "beli suasana". Di situ aku
ngobrol-ngobrol sampai jam 20.30. Senyumnya
itu lho, bikin dia semakin cantik saja.
Akhirnya kuantarkan Vera pulang, rumahnya di
kompleks perumahan elit di jalan Sukarno-Hatta
(By Pass), biasanya yang menempati orang-
orang Chinese kaya raya. Kaget juga sih aku,
ternyata Vera anak orang kaya. Sampai juga aku
di depan rumahnya. Astaga, rumahnya besar
sekali. Kulihat mobil yang parkir di halaman
rumahnya, BMW 528i. Katanya sih punya
kakaknya. Pasti di garasinya ada lagi mobil
bapaknya, dan benar yang di dalam garasi mobil
bapaknya. Mercedes SL 500 (?), tipe yang dipakai
Lady Di waktu kecelakaan dulu, kalau kupikir sih
mobil yang seperti itu masih sedikit yang
berkeliaran di Bandung.
Sesudah mengantar Vera, aku akhirnya pulang
ke rumah inventarisku di bilangan Setra Duta.
Sambil pulang aku berpikir, aku punya resiko
besar buat pacaran dengan Vera. Resiko yang
paling tinggi adalah ras. Kalau orangtuanya tahu,
si Vera bergaul denganku yang notabene
pribumi asli. Wah bisa celaka aku. Ah... cuek
saja. Gimana nanti. Pokoknya the show must go
on!
Besoknya, pagi-pagi dari kantor kutelepon ke
kantor dia, yah.. buat say hello. Ternyata
responnya positif. Tadinya sih takut dia kecewa
setelah melihatku, atau dia yang berpikir begitu.
Nggak tahu sih aku juga. Akhirnya aku jadi
sering jalan dengan Vera. Jalan-jalan. Biasanya
sih hari minggu, habisnya kalau hari biasa aku
dan dia juga tidak selalu bisa. Oh iya, hari Sabtu
aku dan dia nggak libur. Apalagi aku harus sering
lembur.
Semakin aku sering ketemu dengan dia, aku jadi
sayang dengan Vera, dan Vera juga begitu. Aku
tahu Vera sayang denganku, soalnya dia juga
bilang kok ke aku. Aku bertekad untuk menjadi
pacarnya. Tapi ini semua hanya impianku. Suatu
hari Vera bilang kepadaku, bahwa dia sudah
cerita tentangku ke bapaknya dan ibunya. Dan
sudah bisa kuduga sebelumnya, aku tidak
diperkenankan berhubungan dengan dia lagi.
Benar, kejadian deh. Waktu itu aku protes
dengan Vera, cuma akhirnya aku juga mesti
mengerti sama dia dan keluarganya juga.
Tapi aku salut dengan keberanian Vera untuk
tetap berhubungan denganku. Dia tidak mau
mengecewakanku. Dan itu memang terjadi
selama kurang lebih 7-8 bulanan, istilahnya sih
backstreet. Hari minggu kuajak jalan Vera, dan
ternyata dia tidak menolak. Aku jemput dia di
rumahnya, kebetulan orangtuanya sedang ke
Jakarta, yang ada cuma kakaknya dengan
pembantunya. Aku pergi makan siang di
Miyazaki Dago. Pokoknya di situ kami ngobrol
lagi. Aku tidak ingat apa yang kita bicarakan saat
itu. Setelah bayar, kami langsung pergi. Aku
bingung, mau dibawa ke mana ini anak.
Akhirnya kutawarkan ke Vera main ke rumah
inventarisku. Sesudah sampai kami langsung
duduk di sofa, di ruang tengah, nonton film di
RCTI, habis kalau VCD terus bosan. Kami duduk
dekat banget. Aku duduk di sebelah kanan Vera.
Kupegang tangannya dan kuelus sampai pangkal
lengannya, sambil aku pura-pura nonton film.
Ternyata dia diam saja.
Akhirnya kuberanikan diri untuk mencium pipi
kanannya. Kupikir kalau dia keberatan paling-
paling menamparku. Itu resikoku. Tapi sekali lagi
dia hanya diam dan dengan matanya yang
coklat menatapku penuh arti, yang artinya aku
juga nggak tahu. Ingin dicium lagi kali, he he he.
Kucium pipi kirinya, dan dia juga menciumku.
Terus kucium dahinya, matanya, hidungnya dan
terus ke bibirnya. Aku senang juga soalnya dia
bilang bibirnya masih perawan, belum pernah
dicium oleh laki-laki lain selain olehku barusan
(aku percaya saja).
Lama-lama kulumat juga bibirnya, lidahku
kumasukkan ke mulutnya dengan setengah
memaksa. Mungkin benar kalau dia belum
berpengalaman. Lidahku dengan lidah Vera
mulai bersentuhan, kuhisap lidahnya dan dia
juga gantian menghisap. Habis itu bibir bagian
bawahnya kukulum habis-habisan dan di saat
yang bersamaan Vera juga mulai mengulum
bibirku di bagian atas. Kami melakukan kegiatan
itu kira-kira 1/2 jam. Lama juga. Sesudah itu aku
mulai mencium sambil menjilat lehernya yang
putih bersih dan merangsang tentunya.
Pokoknya aku melakukannya dengan sangat
pelan, biar dia juga lebih menikmati. Dan
kebetulan dia memakai kemeja. Sampai akhirnya
kucium di bagian bawah lehernya, ingin lebih
bawah lagi sih. Cuma mentok di kancing
bajunya. Terus kubuka kancing yang
mengganggu itu, dia tidak menolak. Kuciumi
lagi, sejak tadi tanganku belum bergerilya, paling
memegang tangannya. Aku tipe laki-laki sopan
sih, nggak langsung tancap gas.
Dia hanya merem saja menikmati ciumanku
sambil kadang-kadang mendesah, keenakan
barangkali. Akhirnya semua kancing bajunya
sudah kulepas, dia memakai BH warna cream
(warna standard). Kulit perutnya putih sekali,
bikin aku panas saja. Waktu itu BH-nya belum
kubuka, seksi sekali dia dalam keadaan begini.
Susunya tidak terlalu besar, menurutku sih
cukup proporsional. Pas deh. Ukurannya aku
tidak tahu, peduli amat. Yang penting masih bisa
diremas.
"Ver..., kulepas ya..." kataku pelan-pelan, persis
di samping telinganya. Dia tidak menjawab,
cuma mengangguk. Matanya yang sayu
menatapku. Akhirnya begitu sudah kulepas BH-
nya, kuciumi puting susunya yang berwarna
merah kecoklatan. Aku ciumi puting yang
sebelah kiri, sambil tangan kananku meremas
dengan lembut susunya yang sebelah kanan,
tidak lupa kupilin-milin puting susunya.
Kulakukan ini bergantian, susu yang kiri dan
yang kanan. Kadang sesekali kulumat bibirnya.
Ternyata, dia membalas dengan dahsyat.
Padahal baru pertama kali. Desahannya semakin
menjadi-jadi, merangsang sekali! Kembali lagi
kuciumi susunya sambil terus ke bawah, ke
perutnya, di situ kucupang habis-habisan.
Banyak sekali stempel warna merah yang
kubuat, kontras sekali dengan warna kulitnya
yang putih bersih. Karena tempat di sofa kurang
lebar, akhirnya kuminta dia pindah ke karpet/
permadani di bawah. Lebih lega dan lebih
nyaman. Terus kuciumi lagi bibirnya, dia juga
balas lebih gila lagi. Wah, muridku sudah pintar
nih he.. he.. he.
Waktu itu aku masih memakai pakaian lengkap,
aku memakai Polo Shirt. Sedangkan Vera sudah
telanjang dada. Jadi ya biar adil akupun telanjang
dada. Aku juga tidak malu karena tubuhku
lumayan atletis, hasil fitnes selama setahun.
Habis itu kuciumi lagi bibirnya, aku menelusuri
ke leher, ke pundaknya, pokoknya tidak semili
pun yang lolos dari jilatan dan ciumanku. Terus
kuciumi lagi puting susunya, sambil kuremas-
remas. Semakin diciumi, nafasnya semakin tidak
beraturan, sambil aku sekali-sekali melihat ke
arah dia, mukanya jadi merah sekali (seperti
orang Jepang di musim salju) bibirnya juga yang
agak membuka, seksi sekali. Benar lho, aku tidak
mengarang!
Puas menciumi susunya, terus aku turun ke
perutnya. Yah, mentok di celana jeans-nya.
Kubuka saja, pasti dia tidak akan menolak kok.
PD pokoknya. Akhirnya kancingnya kubuka,
terus ritsluitingnya kubuka sampai habis. CD-nya
sudah kelihatan sebagian, tipis, warnanya cream
juga. Kuciumi pinggangnya, sambil jeans-nya
kutarik pelan-pelan ke bawah. Mengerti juga dia,
sambil mengangkat pantatnya, akhirnya kulucuti
celananya. Pahanya itu, membuat laki-laki
terangsang melihatnya. Apalagi sekarang si Vera
cuma pakai CD saja. Busyet deh! Bulu
kemaluannya tidak terlalu lebat, tipis-tipis saja
tuh, pokoknya nikmat dilihat. Kuciumi di atas CD-
nya, terus akhirnya semakin ke bawah. CD-nya
sudah basah sekali. Kuciumi vaginanya, dia
masih memakai CD. Sengaja aku tidak langsung
melepasnya, sensasinya lain. Pokoknya slowly
saja. Akhirnya kulepas juga CD-nya, si Vera
sendiri sejak tadi cuma mendesah-desah tidak
karuan, tapi nggak dibuat-buat lho. Begitu
dilepas, langsung saja kuciumi dan jilati
vaginanya, baunya khas dan rasanya gitu-gitu
juga. Penisku sudah tegang sekali, terus kubuka
saja jeans-ku. Aku ragu juga sih, apa dia mau
kusetubuhi. Tapi akhirnya aku minta
persetujuannya dulu. Walaupun ini semua tanpa
proses oral. Bagiku tidak jadi masalah, lebih
nikmat main saja langsung.
"Ver... masukin?" kataku deg-degan. Kalau
ditolakkan malu juga. Ternyata dia mau juga.
Wah asyik juga nih. Aku akhirnya bisa main
dengan si Vera yang cantik. Padahal tadinya sih
saya tidak bernah berpikr ke arah situ. Paling
maksimal petting, seperti mantan-mantanku
yang dulu. Akhirnya pelan-pelan pahanya
kukangkangin, dan penisku yang sejak tadi
sudah tegang sekali mulai memasuki vaginanya.
Susah sekali, masih perawan kupikir. Pelan-pelan
dan sedikit-sedikit kutekan kepala penisku, terus
dan terus.... "Ahh.... sakit Yud...." kata Vera
antara setengah sadar dan tidak kepadaku.
Akhirnya masuk juga seluruh batang penisku
yang panjangnya sekitar 17 cm (lumayan lah
untuk ukuran standard orang Indonesia). Terus
kukocok penis ke dalam vagina si Vera, nikmat
sekali vagina si Vera. Sambil kukocok terus,
kuciumi bibirnya, of course dia juga membalas
menciumku dengan sangat ganas. Sepertinya
kulihat Vera sudah mau orgasme, sambil terus
menyebut namaku.
"Tahan ya Ver, aku juga udah mau keluar",
kataku. Kira-kira setelah menyetubuhinya sekitar
15 menit. Lama-lama si Vera sudah tidak tahan,
aku juga sudah tidak tahan. Spermaku sudah
siap menembak. Kuambil keputusan yang
singkat waktu itu, kubuang saja ke dalam
vaginanya. Paling-paling juga hamil. Yang
ternyata tidak! Akhirnya aku dan Vera sama-
sama sampai klimaksnya, barengan lho.
Sensasinya benar-benar tidak bisa dilukiskan
dengan kata-kata. Aku langsung dekap
tubuhnya, kucium bibirnya, mesra sekali.
Penisku sengaja belum kucabut, kubiarkan saja
mengecil sendiri di dalam vaginanya.
Aku bisikan di telinga Vera, "Wo ai ni, Ver..."
kataku sok Mandarin. Vera hanya tersenyum
sambil mencium bibirku. Aduh mesra sekali.
Sambil menulis ini aku jadi ingat kejadian itu.
Sesudah itu aku dan Vera beres-beres. Kulihat
acara di RCTI acaranya waktu itu Clear Top 10,
wah lama juga aku bercinta dengan dia.
Kejadian ini berlangsung terus sampai kira-kira 5
kali di tempat yang sama. Orang tua Vera tidak
tahu terhadap perbuatan anaknya. Maklum, Vera
membohongi terus, demi kepingin ketemu aku
atau mungkin juga ingin ML denganku.
Walaupun aku telah merawaninya hari Minggu
itu, tapi hubungan kami belum bisa dianggap
sebagai pacaran. Kalau aku sih menganggap dia
pacarku, tapi dia masih belum menganggapku
pacarnya, takut sama orangtuanya. Kupikir Vera
itu HTI (Hanya Teman Intim / Hubungan Tanpa
Ikatan).
Pembaca, akhirnya suatu waktu di akhir bulan
April 2000, Vera bicara kepadaku, bahwa dia
capai dengan keadaan ini. Mesti membohongi
orangtuanya, kalau pergi denganku juga tidak
tentram, takut ketahuan saudaranya kalau
sedang jalan-jalan denganku. Waktu itu aku
belum bisa menerima, dan aku protes. Dia
bilang, sebenarnya dia sayang sekali padaku,
tidak mau kehilangan aku, tidak mau
meninggalkan aku, aku yang pertama buat dia...
tapi dia tidak sanggup menghadapi semua ini.
Yang jelas lingkungan dia dan lingkungan
pergaulanku lain. Ternyata semua tinggal
kenangan. Aku tidak pernah menyinggung soal
keperawanan dia, nggak etis.
Sampai sekarang aku masih sayang pada Vera,
aku tidak akan pernah melupakan dia dan Vera
juga bilang padaku, dia tidak akan pernah
melupakanku dan dia tidak ingin dilupakan
olehku. Terakhir, dia memberiku Compact Disc
album Shania Twain, Vera bilang dengerin
"You're Still The One" dan jam tangan merek
Omega Sport (aku tahu ini jam mahal). Iklannya
kalau tidak salah Mika Hakkinen atau Michael
Schumacher ya, aku lupa, cuma aku pernah
lihat. "Yud, pakai ya! ke manapun kamu pergi,
biar ingat dengan Vera", kata dia sambil
mencium bibirku, untuk yang terakhir kalinya.
Matanya basah, aku yakin dia sayang sekali
padaku. Dia baik sekali denganku, perhatian
sama aku, kalau mau aku bandingkan dengan 2
cewekku terdahulu. Cuma sayang kami berdua
dipisahkan oleh ras yang berbeda. Dia
meninggalkanku karena kondisi yang memaksa.
Sampai sekarang kalau aku kerja, aku selalu
memakai jam itu, kadang-kadang aku ingin
telepon dia, yah cuma ingin tanya kabarnya.
Cuma aku takut ini mengganggu dia. Mungkin
dia sibuk dengan pekerjaannya di kantornya di
bilangan Ruko Kopo.


Adult | GO HOME | Exit
1/833
U-ON

inc Powered by Xtgem.com